(SeaPRwire) – Gaza telah menderita kehancuran setelah dua tahun, dan akhirnya ada secercah harapan. Rencana Presiden AS Donald Trump telah membawa kita ke titik di mana para sandera Israel yang tersisa dapat kembali ke rumah, dan pertempuran di Gaza dapat dihentikan.
Langkah-langkah tersebut patut disambut baik, karena mengingatkan kita bahwa keyakinan pada dialog dan keadilan masih memiliki kekuatan untuk membimbing kita menuju rekonsiliasi. Sebagai Sekretaris Jenderal Liga Dunia Muslim, saya merasakan beratnya momen ini secara mendalam. Sekarang setelah kita memiliki langkah positif ke depan dalam negosiasi antara politisi dan diplomat, para pemimpin agama memiliki peran penting untuk dimainkan dalam membangun perdamaian yang abadi.
Luka-luka itu sangat dalam. Serangan brutal Hamas pada 7 Oktober 2023 merenggut hampir 1.200 nyawa di Israel. Banyak dari sekitar 250 sandera yang diambil hari itu telah meninggal. Penderitaan mereka, dan juga keluarga mereka, terus berlanjut. Dua tahun berikutnya telah membawa kehancuran yang tak terbayangkan ke Gaza. Puluhan ribu orang tewas, di antaranya ribuan anak-anak yang hidupnya berakhir sebelum dimulai. Seluruh lingkungan telah hancur, rumah sakit berjuang untuk berfungsi, dan keluarga-keluarga menghadapi kesulitan yang amat sangat.
Bagi mereka yang bertahan, kehidupan sehari-hari ditentukan oleh kehilangan, kelelahan, dan kelaparan ekstrem. Perang ini sekali lagi menunjukkan kepada dunia bahwa kekerasan hanya melahirkan lebih banyak kekerasan, dan tugas komunitas internasional bukan lagi membayangkan perdamaian, tetapi memulai kerja keras untuk menguatkannya. Kesepakatan gencatan senjata hanyalah permulaan.
Di tengah latar belakang tragis ini, momentum telah terkumpul di sekitar pengakuan Palestina. Menyusul pengumuman baru-baru ini oleh Inggris, Prancis, dan negara-negara lain, 150 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa secara resmi mengakui negara Palestina, mencerminkan konsensus yang hampir global bahwa dua negara berdaulat merupakan satu-satunya jalan yang layak menuju perdamaian. Dan pada pertengahan September, Majelis Umum PBB mendukung deklarasi tentang penyelesaian damai pertanyaan Palestina, mendukung langkah-langkah konkret menuju solusi dua negara dengan menetapkan jadwal yang jelas untuk kemajuan, mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober, dan menyerukan pembebasan segera sandera serta penghentian perang di Gaza. Pemungutan suara ini adalah salah satu sinyal paling jelas bahwa komunitas internasional melihat perdamaian dapat dicapai hanya melalui dua negara yang hidup berdampingan.
Tentu saja, pengakuan saja tidak akan menempatkan kita pada jalan menuju perdamaian abadi, tetapi ia menciptakan fondasi di mana negosiasi dapat dimulai dan harapan dapat kembali. Sebagaimana peristiwa beberapa hari terakhir menggarisbawahi, pergeseran diplomatik sudah jelas. Dan sekarang, para pemimpin agama juga harus memenuhi peran spiritual krusial mereka untuk menjembatani perpecahan, memupuk kepercayaan, dan membantu menyembuhkan luka-luka perang.
Tahun ini saja saya telah bertemu dengan puluhan pemimpin di seluruh dunia, mulai dari menteri pemerintah hingga tokoh agama senior, dalam percakapan yang melintasi budaya dan perspektif. Dialog semacam itu melayani tujuan yang jelas: untuk menjaga setiap saluran komunikasi tetap terbuka hingga perdamaian abadi memungkinkan. Misi perdamaian kami bersifat global, berakar pada keyakinan bahwa martabat dan koeksistensi hanya dapat diamankan ketika dialog tetap hidup. Liga Dunia Muslim akan terus mendukung dialog lintas agama dan bangsa, percaya bahwa perdamaian yang dibangun atas dasar pengakuan timbal balik adalah mungkin dan perlu.
Tidak ada tempat yang lebih mendesak daripada di Gaza dan Israel, di mana dua tahun kehancuran telah membuat keluarga hancur dan seluruh komunitas berada di ambang kehancutan, di kedua sisi perpecahan. Sejarah tidak akan memaafkan kita jika kita gagal. Komunitas internasional harus mengumpulkan keberanian untuk memastikan bahwa kedua komunitas, Israel dan Palestina, dapat hidup dalam damai dan dengan keamanan.
Terlalu lama, hati umat Muslim dan Yahudi telah hancur, dan kita tidak bisa membiarkan tragedi ini berlanjut. Kita telah melihat bagaimana kebencian dapat meluber ke jalan-jalan dan tempat ibadah kita, merobek ikatan yang menyatukan komunitas.
Tindakan kekerasan telah menunjukkan betapa rapuhnya koeksistensi, dan seberapa cepat rasa takut dapat menggantikan pemahaman. Momen-momen ini mengingatkan kita bahwa pekerjaan perdamaian juga harus dimulai dari rumah, di kota-kota, sekolah-sekolah, dan lingkungan, di mana pun intoleransi dan kebencian berakar di seluruh dunia. Mengakhiri perang hanyalah permulaan, karena perdamaian abadi membutuhkan pembangunan kembali kepercayaan, pemulihan martabat, dan pembaruan komitmen kita satu sama lain.
Gencatan senjata adalah langkah pertama yang esensial, tetapi lebih banyak lagi yang harus menyusul, tidak hanya dari politisi tetapi juga dari para pemimpin agama—untuk menjembatani perpecahan, dan untuk menyatukan komunitas kita guna menyembuhkan luka-luka yang dibuka oleh perang ini.
Artikel ini disediakan oleh penyedia konten pihak ketiga. SeaPRwire (https://www.seaprwire.com/) tidak memberikan jaminan atau pernyataan sehubungan dengan hal tersebut.
Sektor: Top Story, Daily News
SeaPRwire menyediakan distribusi siaran pers real-time untuk perusahaan dan lembaga, menjangkau lebih dari 6.500 toko media, 86.000 editor dan jurnalis, dan 3,5 juta desktop profesional di 90 negara. SeaPRwire mendukung distribusi siaran pers dalam bahasa Inggris, Korea, Jepang, Arab, Cina Sederhana, Cina Tradisional, Vietnam, Thailand, Indonesia, Melayu, Jerman, Rusia, Prancis, Spanyol, Portugis dan bahasa lainnya.