Sebuah ekspedisi melalui pegunungan Indonesia mengarah pada peneliti menangkap video langka dari spesies yang terancam punah yang tidak terlihat selama lebih dari 60 tahun.
Peneliti dengan Ekspedisi Cyclops mampu menangkap bukti fotografis pertama dari Attenborough’s long-beaked echidna, mamalia bertelur yang sangat terancam punah di Indonesia, menurut laporan dari NBC News.
Kru 25 orang itu berangkat dalam ekspedisi sembilan minggu, menurut laporan itu, dengan kru menghadapi ketakutan seperti malaria, gempa bumi dan salah satu anggota memiliki kelawar menempel di matanya selama 33 jam.
“Mendaki gunung-gunung itu saya suka memikirkannya sebagai memanjat tangga yang terbuat dari kayu busuk, dengan pagar yang dilapisi duri dan duri, dan rangka tertutup oleh akar yang tenggelam dan batu yang jatuh,” kata James Kempton, peneliti utama, tentang pendakian berbahaya.
Rentang pegunungan Indonesia, yang telah lama didera oleh pemburuan ilegal, adalah satu-satunya habitat yang diketahui untuk echidna langka yang terancam punah. Tim itu menduga bahwa hewan itu mungkin berada di daerah itu karena lubang di tanah yang digunakannya untuk mencari cacing.
Mereka menggunakan lebih dari 30 kamera jebakan dalam pencarian bukti pengamatan pertama dari hewan itu dalam dekade.
Menurut laporan BBC, echidna yang terancam punah penting bagi budaya lokal. Salah satu tradisi menyatakan bahwa konflik akan diselesaikan dengan mengirim salah satu pihak ke hutan untuk mencari hewan itu dan pihak lain ke laut untuk mencari marlin. Kedua makhluk itu dipandang sulit ditemukan, menurut folklor lokal, tetapi menemukan keduanya dianggap sebagai simbol berakhirnya konflik.
Menemukan echidna langka bukanlah satu-satunya tujuan ekspedisi, dengan peneliti kembali dari perjalanan dengan ratusan serangga baru, dua spesies katak baru, dan spesies udang baru yang hidup di darat, menurut laporan NBC News.
Tetapi peneliti hampir tidak dapat menemukan spesies langka, kata Kempton, mencatat bahwa gambar echidna itu tidak ditemukan sampai melihat kartu SD terakhir pada hari terakhir ekspedisi yang panjang.
“Perasaan pertama adalah rasa lega yang besar, karena kami telah berusaha sangat keras dan berpikir mereka ada di sana, tetapi kami membutuhkan bukti konkrit untuk bukti ilmiah,” kata Kempton. “Diikuti oleh euforia yang luar biasa.”