Jakarta, Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah 0,16% pada perdagangan awal pekan kemarin. Data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 414 miliar, dengan nilai transaksi mencapai Rp 10,85 triliun.
Di awal perdagangan, IHSG sebenarnya melesat lebih dari 1% ke 6.325,515, tetapi jebloknya bursa saham Asia membawanya berbalik arah.
Pelemahan bursa Asia terjadi karena valuasi bursa saham Asia yang dianggap cukup tinggi, terutama saham-saham teknologi, aksi jual pun terjadi yang membuat bursa Asia ditutup berjatuhan.
Kemerosotan saham-saham teknologi tidak hanya terjadi di Asia, bursa saham Amerika Serikat (AS) bervariasi pada perdagangan Senin kemarin, bahkan cukup mencolok. Indeks Nasdaq, yang merupakan indeks saham teknologi jeblok 2,4%, indeks S&P 500 turun 0,54%, dan Dow Jones melesat nyaris 1%.
Saham-saham sektor teknologi dianggap menjadi yang diuntungkan saat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) melanda. Kini, meski pandemi belum berakhir tetapi perekonomian perlahan bangkit dan vaksinasi terus dilakukan, kehidupan berangsur-angsur normal kembali. Alhasil, valuasi saham sektor teknologi yang dianggap terlalu tinggi mengalami aksi jual, dan kembali ke emiten yang sebelumnya terpukul akibat pandemi karena harganya merosot tajam.
Sementara itu kabar baik dan buruk datang dari dalam negeri awal pekan kemarin yang dapat mempengaruhi IHSG pada hari ini, Selasa (9/3/2021).
Kabar baiknya, sebanyak 1.113.600 juta dosis vaksin AstraZeneca tiba di Indonesia kemarin. Ini merupakan bagian dari batch pertama pengiriman vaksin itu.
Baca:IHSG Tak Kuat Nanjak, Simak 8 Kabar Penting Sebelum Trading |
Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, mengatakan pada batch pertama ini, Indonesia akan menerima 11.704.800 dosis vaksin AstraZeneca berbentuk jadi. Vaksin ini akan merupakan pengadaan vaksin dari jalur multilateral, kerja sama dengan Gavi-COVAX yang disokong oleh World Health Organization (WHO).
Namun kabar buruknya, Pemerintah memutuskan untuk memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro hingga 22 Maret 2021. Perpanjangan PPKM dapat membuat pemulihan ekonomi berjalan kurang maksimal.
Secara teknikal, IHSG yang kembali ke bawah 6.300 tentunya memberikan tekanan lebih besar.
IHSG kini semakin dekat rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50) yang menjadi penahan koreksi IHSG dalam beberapa pekan terakhir.
Pada perdagangan Selasa (2/3/2021) kemarin, muncul lagi pola Doji, secara psikologis pola ini mengindikasikan pasar masih kebingungan menentukan kemana arah IHSG.
Dengan munculnya pola Doji, peluang IHSG melesat atau ambrol sama besarnya. Sehari setelahnya, pola yang sama juga muncul lagi.
Sementara itu Indikator stochastic pada grafik harian sudah keluar dari wilayah jenuh beli (overbought).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic pada grafik 1 jam juga berada di wilayah jenuh jual (oversold) yang membuka peluang rebound.
![]() Foto: Refinitiv |
Resisten terdekat kini berada di kisaran 6.260, jika kembali ke atas resisten dan bertahan di atasnya, IHSG berpeluang naik ke 6.300. Penembusan ke atas level tersebut akan membuka peluang ke ke 6.340.
Sementara selama tertahan di bawah resisten, IHSG berisiko turun ke 6.210 (kisaran MA 50). Ke depannya jika masih mampu bertahan di atas MA 50, IHSG berpeluang rebound kembali. Tetapi jika MA 50 ditembus dan tertahan di bawahnya, bursa kebanggaan Tanah Air ini berisiko merosot semakin dalam.
TIM RISET INDONESIA
[Gambas:Video ]
(pap/pap)