Jakarta, Indonesia – Vaksin Covid-19 besutan perusahaan Inggris AstraZeneca mengarungi awal tahun 2021 dengan penuh permasalahan dan kontroversi. Kejadian yang terjadi pun beragam mulai dari efek samping pascavaksinasi yang cukup berat hingga isu kehalalannya.
Baru-baru ini, Presiden Komisi Uni Eropa (UE) Ursula von der Leyen memberikan peringatan keras kepada perusahaan vaksin asal Inggris AstraZeneca untuk menaati kaidah yang ditentukan UE dalam produksi vaksin. Bila tidak, perusahaan itu terancam di embargo.
“Saya pikir jelas bahwa pertama-tama perusahaan [AstraZeneca] harus mengejar ketinggalan, harus menghormati kontrak yang dimilikinya dengan negara-negara anggota Eropa, sebelum dapat terlibat lagi dalam mengekspor vaksin,” kata von der Leyen dalam konferensi pers sebagaimana dikutip AFP Jumat (26/3/2021).
Fokus terbaru dari ancaman ini adalah pabrik AstraZeneca di Belanda, yang diklaim oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sebagai bagian dari rantai pasokan vaksin untuk memenuhi permintaan pasar Inggris sehingga membuat pasokan di UE menurun.
Baca:Vaksin AstraZeneca Terancam Diembargo Eropa, Ini Penyebabnya! |
Inggris pun membalas serangan ini. Negara yang baru keluar dari keanggotaannya di UE itu memperingatkan UE agar tidak menghentikan ekspor vaksin Covid-19 AstraZeneca jika blok tersebut tidak menerima pengiriman yang dijanjikan.
Inggris menyebut langkah seperti itu akan “kontra-produktif”. Ini menanggapi kritikan UE karena telatnya pasokan vaksin itu datang.
Selain itu ada beberapa permasalahan lain yang menyelimuti vaksin ini. Lalu apa saja kontroversi lain yang menyelimuti vaksin yang diproduksi dengan kerjasama dari University of Oxford ini?
Berikut daftarnya mengutip International.
1. Efikasi untuk lansia yang “tidak jelas” angka keampuhannya.
Beberapa negara Eropa mulai meragukan kemanjuran vaksin AstraZeneca pada kelompok usia di atas 65 tahun.
Komite vaksin Jerman mengeluarkan rekomendasi bahwa vaksin AstraZeneca harus ditawarkan hanya kepada orang yang berusia 18-64 tahun, dengan alasan tidak ada cukup data uji coba untuk menilai kemanjuran pada orang di atas 65 tahun.
Beberapa surat kabar Jerman melaporkan bahwa vaksin tersebut memiliki tingkat kemanjuran kurang dari 10 % dalam kelompok di atas 65 tahun.
Di negara tetangga Jerman, Prancis, Presiden Emmanuel Macron juga ikut mengutarakan hal yang sama dengan mengatakan vaksin itu tampaknya “tidak efektif” untuk mereka yang berusia di atas 65 tahun.
Data uji coba selanjutnya yang melibatkan peserta yang lebih tua menunjukkan bahwa vaksin itu aman dan efektif untuk kelompok tersebut, dan menyelamatkan nyawa, tetapi pada saat itu kerusakan reputasi telah terjadi.
NEXT: Simak deretan data lainnya soal AstraZeneca
Baca:Kasus Covid-19 Meroket, India Tunda Ekspor Vaksin AstraZeneca |