Jakarta, Indonesia – Saham emiten yang fokus pada bisnis minyak kelapa sawit berbalik ambles pada perdagangan Selasa (16/3/2021) kemarin, setelah harga kelapa sawit (crude palm oil/CPO) acuan terjatuh ke level di bawah RM 4.000/ton pada penutupan perdagangan Selasa kemarin.
Ada setidaknya enam saham minyak kelapa sawit yang berbalik ambles pada penutupan perdagangan kemarin. Adapun keenam saham minyak sawit tersebut dijelaskan dalam tabel berikut.
Tercatat di posisi pertama terdapat saham PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) yang ambles hingga 3,27% ke level Rp 1.035/unit pada penutupan perdagangan Selasa kemarin.
Padahal saham SSMS sempat melesat 4,76% ke level Rp 1.100/unit pada perdagangan sesi I Senin lalu.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham SSMS kemarin mencapai Rp 8 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 8 juta lembar saham. Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) di pasar reguler sebanyak Rp 694,5 juta.
Selanjutnya di posisi kedua ada saham PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) yang ambles hingga 3,05% ke posisi Rp 127/unit pada perdagangan kemarin. Saham BWPT juga sempat melesat pada perdagangan Senin lalu.
Tercatat nilai transaksi saham BWPT kemarin mencapai Rp 19 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 155 juta lembar saham. Investor asing juga melakukan aksi net sell di pasar reguler sebanyak Rp 1,33 miliar.
Berikutnya di posisi ketiga diduduki oleh saham milik Sungai Budi Group, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) yang ambrol 3,02% ke Rp 965/unit pada penutupan Selasa kemarin.
Nilai transaksi saham TBLA mencapai Rp 6 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 6 juta lembar saham. Seperti saham SSMS dan BWPT, investor asing juga melepassaham TBLA sebanyak Rp 637,6 juta di pasar reguler.
Sedangkan pelemahan saham sawit paling minor dibukukan oleh saham PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) yang terperosok 1,64% ke Rp 120/unit.
Adapun nilai transaksi saham UNSP kemarin mencapai Rp 45 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 376 ribu lembar saham.
Ambrolnya saham kelapa sawit tersebut terjadi setelah kenaikan harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) yang sudah melebihi level harga RM 4.000/ton sejak akhir pekan lalu hingga Senin kemarin, sehingga pada penutupan perdagangan Selasa, harga CPO kembali melemah ke bawah level harga RM 4.000/ton.
Baca:Aduh Asing! Kok Tega Lepas 10 Saham ‘Seksi’ Ini, IHSG Jeblok |
Padahal pada Selasa siang, harga CPO acuan Malaysia masih sempat bergerak di atas level harga RM 4.000/ton. Namun pada penutupan perdagangan, harga CPO terpaksa ditutup ambles ke bawah level RM 4.000/ton.
Tercatat pada penutupan Selasa kemarin, harga kontrak CPO untuk pengiriman Mei 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange ambrol 5,82% ke RM 3.897/ton.
Pelemahan harga CPO Malaysia didorong oleh produksi yang lebih tinggi, berdasarkan data Asosiasi Pabrik Kelapa Sawit Semenanjung Selatan (SPPOMA) yang dirilis hari ini.
Pemilik dan salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura, Dr Sathia Varqa, mengatakan kenaikan sebesar 62% dalam output laporan 1 hingga 15 Maret dibandingkan dengan periode yang sama pada Februari telah mendorong pasar lokal lebih rendah.
“Bulan patokan baru Juni 2021 mundur ke level terendah dalam enam hari dan menembus 100 poin di bawah level RM4.000 (per ton), setelah mencatat kenaikan sembilan hari berturut-turut, dibebani oleh data SPPOMA yang menunjukkan peningkatan produksi di Maret 2021,” katanya kepada Bernama.
Selain dari amblesnya harga acuan CPO Malaysia pada penutupan kemarin, aksi ambil untung (profit taking) oleh sebagian investor, terutama investor asing yang mulai melepas saham-saham CPO juga menjadi penyebab saham CPO sendiri berbalik ke zona pelemahan pada penutupan perdagangan kemarin.
TIM RISET INDONESIA
Baca:Rezeki Gak ke Mana! Siap-siap 5 Emiten Gede Ini Bagi Dividen |
[Gambas:Video ]
(chd/chd)