Berita Indonesia Terbaru Hari Ini

Harga CPO Meroket, Saham Sawit Terbang, Lanjut Gak Hari Ini?

FILE PHOTO: A worker shows palm oil fruits at a plantation in Chisec, Guatemala December 19, 2018. REUTERS/Luis Echeverria/File Photo

Jakarta, Indonesia – Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Malaysia meroket tajam pada perdagangan perdana pekan ini, Senin kemarin (8/3/2021) seiring dengan melesatnya harga minyak mentah.

Hingga penutupan perdagangan kemarin, harga kontrak CPO pengiriman Mei yang aktif ditransaksikan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 3,8% ke RM 3.883/ton. Harga CPO semakin mendekati RM 3.900/ton dan ini menjadi harga tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

Harga minyak mentah terutama untuk Brent sudah tembus US$ 70/barel. Melesatnya harga minyak mentah menjadi katalis positif untuk minyak nabati tak terkecuali minyak sawit dan kawan-kawannya.

Harga kontrak minyak kedelai dan minyak sawit di Bursa Komoditas Dalian masing-masing mengalami kenaikan 4,4% dan 4,6%. Harga CPO minggu lalu cenderung stagnan.

Baca:

IHSG Jajal 6.300, Cek Dulu Saham-saham Prospek Cuan Hari Ini!

Merespons hal ini saham-saham CPO diperdagangkan menghijau pada perdagangan kemarin. Di tengah koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi indeks acuan pasar modal, indeks Agrikultur masih mampu menghijau 2,11%. 

Adapun indeks acuan bursa nasional tersebut ditutup melemah 0,12% ke 6.251,15 padahal di awal perdagangan sempat tembus 6.300.

Simak gerak saham-saham CPO pada penutupan perdagangan kemarin.

Tercatat kenaikan dipimpin oleh PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) yang melesat 6,19% ke level Rp 120/unit. Sedangkan posisi kedua dicatatkan oleh anak usaha Salim Group PT Salim ivomas Pratama Tbk (SIMP) yang terbang 4,37% ke level Rp 478/unit.

Sedangkan untuk saham anak usaha Astra Group di sektor agrikultur PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga berhasil menghijau 3% ke level Rp 11.175/unit.

Sentimen positif minyak nabati datang dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) melaporkan indeks harga minyak nabati di bulan Februari berada di rata-rata 147,4 poin. Indeks tersebut naik 8,6 poin (atau 6,2%) dari Januari dan menandai level tertinggi sejak April 2012.

Penguatan yang berkelanjutan mencerminkan penguatan harga minyak sawit, kedelai, rapeseed dan bunga matahari.

Harga minyak sawit internasional naik selama sem9bilan bulan berturut-turut di bulan Februari, dipicu oleh kekhawatiran atas tingkat persediaan yang rendah di negara-negara pengekspor terkemuka akibat rendahnya produksi.

Menambah sentimen positif ada kabar dari Swiss yang menggembirakan untuk Indonesia.Masyarakat Swiss akhirnya mendukung kesepakatan perdagangan bebas dengan Indonesia.

Secara general, berdasarkan kesepakatan tersebut, tarif akan dihapus secara bertahap dari hampir semua ekspor terbesar Swiss ke Indonesia. Sementara Swiss akan menghapus bea atas produk industri Indonesia.

Untuk minyak sawit, bea cukai tidak akan dihapus tetapi malah dikurangi antara 20 dan 40% dan volume yang dibatasi hingga 12.500 ton per tahun. Kemudian, siapa pun yang mengimpor minyak sawit harus membuktikan bahwa minyak tersebut memenuhi standar lingkungan dan sosial tertentu.

Kendati volume impornya relatif kecil ini termasuk salah satu kemajuan bagi Indonesia yang selama ini mengalami ketegangan dagang dengan Eropa terutama terkait sawit yang sempat didiskriminasi oleh blok ekonomi terbesar di dunia tersebut.

TIM RISET INDONESIA

Baca:

20 Saham Langganan Bagi-bagi Dividen, Siapa Paling Royal?

[Gambas:Video ]

(trp/trp)