Jakarta, Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok ke bawah 6.000 pada perdagangan awal pekan kemarin, meski sempat menguat di awal perdagangan. Pergerakan tersebut menunjukkan belum stabilnya sentimen pelaku pasar global saat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) masih belum tuntas.
Kinerja IHSG di awal perdagangan sebenarnya menguat 0,31%, pada perdagangan kemarin. Namun setelahnya berbalik melemah, bahkan pada akhirnya mengakhiri perdagangan di 5.948,569, anjlok 2%.
Data pasar mencatat investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 521 miliar di pasar reguler, dengan nilai transaksi mencapai Rp 9,56 triliun.
Baca:Cek Gaes! Begini Kinerja Emiten LQ45 di 2020, Mayoritas Seret |
Sentimen negatif datang dari India yang tengah mempertimbangkan menerapkan lockdown di dareah Maharasahra akibat jumlah kasus Covid-19 yang masih tinggi. India kini menjadi negara dengan kasus positif Covid-19 terbesar kedua di dunia mengalahkan Brasil karena lonjakan infeksi dalam beberapa minggu terakhir.
Menteri Kesehatan India Harsh Vardhan dilaporkan menyalahkan gelombang kedua infeksi dan kurangnya komitmen warga untuk memakai masker dan mempraktikkan jarak sosial sebagai penyebab melonjaknya kasus Covid-19 di India, seperti dikutip dari International, Senin (14/4/2021).
Dalam beberapa pekan terakhir masyarakat India menyelenggarakan festival keagamaan, kampanye politik pada pemilihan umum negara bagian dan banyak warga yang mengikuti aktivitas ini tanpa menggunakan masker dan menjaga jarak.
Lonjakan kasus di India kini menghantui Indonesia yang memasuki bulan Ramadhan dengan fenomena mudik. Meski pemerintah sudah melarang mudik, tetap saja pelaku pasar sedikit was-was.
Pada perdagangan hari ini, Selasa (13/4/2021) tekanan bagi IHSG masih cukup besar, apalagi dengan bursa saham AS (Wall Street) yang terkoreksi dari rekor tertinggi.
Dari eksternal, ada data neraca dagang China yang akan mempengaruhi pergerakan, sebelum perhatian tertuju ke data inflasi AS.
Secara teknikal, rerata pergerakan 100 hari (moving average/MA100) terbukti mampu menahan penguatan IHSG, sehingga akan menjadi kunci pergerakan di pekan ini.
Merosotnya IHSG kemarin membuat indikator Stochastic pada grafik harian semakin mendekati wilayah jenuh jual (oversold).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic pada grafik 1 jam bergerak turun tetapi belum mencapai wilayah jenuh jual. Sehingga ruang pelemahan IHSG masih cukup besar.
![]() Foto: Refinitiv |
IHSG kini kembali ke bawah level psikologis 6.000 yang menjadi resisten terdekat. Selama tertahan di bawahnya IHSG berisiko turun ke 5.890.
Sementara jika mampu menembus level psikologis, IHSG berpeluang naik ke 6.030. Resisten kuat tetap MA 100 di kisaran 6.070-6.090.
TIM RISET INDONESIA
[Gambas:Video ]
(pap/pap)