Berita Indonesia Terbaru Hari Ini

Simak 9 Kabar Ini, Semoga Tak Ada April Mop Saat Cari Cuan

Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, Indonesia – Akumulasi sentimen negatif turut mendorong pelemahan laju bursa saham domestik ke level psikologis di bawah 6.000 pada perdagangan Rabu kemarin (31/3/2021).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,42% ke level 5.985,52 poin dengan nilai transaksi Rp 12,13 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,03 juta kali. Investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 1,11 triliun.

Sentimen negatif tersebut antara lain bersumber dari kembali naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan tenor 10 tahun ke level 1,746% serta kembali terdepreasiasinya Rupiah ke level Rp 14,525 per US$. Sisi lain, publik juga dikejutkan aksi serangan teroris yang terjadi di Gedung Mabes Polri Rabu petang kemarin.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan Indonesia sebelum memulai perdagangan Kamis ini (1/4/2021):

1. Rugi 7,4 Triliun di 2020, Modal & Kas Waskita Karya Menguap

Sektor konstruksi memang menjadi salah satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19. Proyek-proyek konstruksi terpaksa mangkrak ketika Indonesia pertama kali kedatangan ‘tamu tak diundang’ Covid-19 dari Wuhan, China.

Mangkraknya proyek ini tentu saja menyebabkan sektor konstruksi yang padat modal merugi parah akibat arus kas yang macet. Sementara beban keuangan yang jumbo akibat hutang usaha yang besar harus tetap dibayar.

Meskipun demikian ada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya yang kerugiannya amat parah apabila dibandingkan dengan BUMN Karya lain. Adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang pada tahun 2020 terpaksa membukukan rugi bersih Rp 7,38 triliun.

Rugi bersih yang amat masif ini menyapu bersih seluruh laba ditahan Waskita yang sudah dikumpulkan sejak perseroan pertama kali berdiri pada tahun 1973 sehingga ekuitas WSKT saat ini hanya tersisa Rp 7,53 triliun, lenyap lebih dari separuh tepatnya 57,88% dari posisi tahun lalu Rp 17,88 triliun.

Baca:

Dear Market, Ada Satu Kabar Baik untuk RI: PMI Naik Tinggi!

2. Geber Program 1 Juta Kompor Listrik, PLN Gandeng 9 BUMN Karya

PT PLN (Persero) melakukan penandatangan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan sembilan perusahaan karya BUMN untuk penggunaan kompor listrik/induksi di 1 juta rumah yang dibangun oleh perusahaan tersebut.

Hal ini merupakan bagian dari upaya memaksimalkan penggunaan listrik guna mencapai ketahanan energi nasional.

Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan upaya ini merupakan upaya perusahaan untuk memaksimalkan cadangan listrik. Sehingga cadangan yang ada bisa dialihkan penggunaannya dan masyarakat bisa beralih ke kompor listrik.

“Kesepakatan dengan sembilan perusahaan jasa konstruksi ini dilakukan untuk mewujudkan kemandirian energi nasional dan mewujudkan energi bersih,” kata Zulkifli dalam konferensi pers virtual, Rabu (31/3/2021).

3. Kebut Bisnis Air Minum, KRAS ‘Suntik’ Anak Usaha Rp 798 M

Perusahaan BUMN baja, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) melakukan penambahan penyertaan modal kepada anak usaha di bisnis air minum yakni PT Krakatau Tirta Industri (KTI) dengan cara penyertaan modal dalam bentuk tanah.

KTI adalah anak perusahaan perseroan dengan persentase kepemilikan saham 99,99%.

“Nilai penambahan penyertaan modal seluas 2.765.437 meter persegi senilai Rp 798.427.448.000 [Rp 798 miliar],” kata Sekretaris Perusahaan KRAS Pria Utama, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Rabu (31/3/2021).

Tujuan penambahan modal ini untuk memperbaiki struktur permodalan PT KTI dalam rangka memperoleh sumber pendanaan yang akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi melalui pembangunan Water Treatment Plant Air Laut. Dengan demikian, hal ini dapat meningkatkan kinerja perseroan secara konsolidasi.

Baca:

BP Jamsostek Pangkas Investasi, Saham-saham Blue Chip Jeblok!

4. Nasib GGRM, Pandemi Covid Bikin Laba Tergerus 30% di 2020

Emiten produsen rokok, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan penurunan laba bersih sepanjang tahun lalu. Menurut laporan keuangan perusahaan di keterbukaan informasi, Rabu (31/3/2021), laba bersih perusahaan tercatat ambles sebesar 29,71% menjadi Rp 7,65 triliun pada 2020, dari tahun sebelumnya sebesar Rp 10,88 triliun.

Meskipun laba bersih merosot, pendapatan perusahaan naik tipis sebesar 3,58% dari Rp 110,52 triliun pada 2019, menjadi Rp 114,48 triliun pada tahun lalu.

Lebih rinci, secara segmen, sigaret kretek mesin (SKM) masih menjadi andalan perusahaan. Sepanjang tahun lalu, SKM menyumbang pendapatan Rp 104,68 triliun atau 91,44% dari total pendapatan perusahaan. Kemudian, sigaret kretek tangan (SKT) membukukan Rp 8,55 triliun atau 7,47%, rokok klobot Rp 25,01 miliar atau 0,02%, kertas karton Rp 1,13 triliun atau 0,98%, dan lainnya Rp 94.75 miliar atau 0,08%.

5. Emiten Lo Kheng Hong Cetak Laba Rp 452 M Saat Pandemi Covid

Perusahaan kontraktor minyak bumi dan gas, PT Petrosea Tbk (PTRO) mencatatkan kenaikan laba bersih 3,54% secara tahunan (year on year/YoY) sepanjang tahun lalu. Tercatat laba bersih perusahaan mengalami kenaikan menjadi US$ 32,27 juta (Rp 451,90 miliar, asumsi kurs Rp 14.000/US$) dari US$ 31,17 juta di akhir periode yang sama tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba per saham naik menjadi US$ 0,0323 dari sebelumnya sebesar US$ 0,0309.

Kenaikan laba bersih ini terjadi kendati perusahaan yang sahamnya juga dipegang oleh Lo Kheng Hong ini mengalami penurunan pendapatan. Pendapatan perusahaan turun 28,49% YoY menjadi sebesar US$ 340,68 juta (Rp 4,76 triliun) di 31 Desember 2020 lalu dari sebelumnya US$ 476,44 juta.

BERSAMBUNG KE HALAMAN BERIKUTNYA >>>>