Berita Indonesia Terbaru Hari Ini

Warga Sipil Ngamuk Serang Junta Myanmar, 18 Tentara Tewas

Anti-coup protesters run to avoid military forces during a demonstration in Yangon, Myanmar, Wednesday March 31, 2021. The Southeast Asian nation has been wracked by violence since the military ousted a civilian-led government on Feb. 1 and began to forcibly put down protests. (AP Photo)

Jakarta, Indonesia – Warga di kota perbatasan Tamu, Myanmar, dikabarkan mengamuk dan melakukan serangan terhadap junta militer Minggu (11/4/2021). Ini terjadi pasca insiden yang sebelumnya dilakukan aparat.

Dalam serangan itu, organisasi bersenjata setempat menyebut ada 18 tentara junta militer dikabarkan tewas. Namun sejumlah sanksi menyebut 19 orang tewas.

Pilihan Redaksi
  • Jenderal Junta Militer Myanmar Buka Suara Usai Dikecam Dunia
  • Junta Militer Myanmar Makin Ngeri, 618 Orang Tewas

“Polisi dan tentara menggunakan peluncur granat, senapan mesin,dan bahan peledak untuk melawan kami. Kami juga mendengar 19 tentara tewas ketika granat dilemparkan ke truk militer,” kata seorang saksi di Tamu, sebagaimana dikutip media Irrawaddy.

Kemarahan warga ini dipicu oleh terbunuhnya seorang warga sipil. Warga itu diketahui tidak mengikuti protes apapun dan saat kejadian hanya berkendara dengan sepeda motor.

Ia ditembak di kepala. Tak hanya itu, seorang warga lainnya juga dipukuli oleh para militer junta.

“Satu ditembak di kepala dan yang lainnya dipukul di punggung,” kata salah seorang warga.

Pengunjuk rasa anti-rezim terus turun ke jalan, meskipun ada tindakan keras yang fatal dan pasukan rezim menggunakan bahan peledak untuk menghancurkan penghalang jalan pengunjuk rasa. Hal ini membuat beberapa penduduk melakukan migrasi dari Tamu untuk menghindari kekerasan yang memuncak dengan melintasi perbatasan India.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari. Hingga Sabtu (10/4/2021), Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mencatat setidaknya 701 warga sipil telah dibunuh oleh pasukan junta sejak kudeta 1 Februari itu.

Bahkan Negeri Seribu Pagoda itu berada dalam ancaman perang saudara setelah 10 milisi etnis bersenjata telah memberikan dukungan penuh kepada “pemerintahan tandingan” bentukan Parlemen Persatuan Pyidaungsu Hluttaw (CRPH). CRPH sendiri dibuat oleh para kader partai Liga Nasional Untuk Demokrasi (NLD) yang digulingkan oleh militer.

Belum ada komentar resmi dari perwakilan junta militer soal ini. Selama ini melalui media pemerintah, militer menyebut pendemo teroris dan membahayakan stabilitas nasional negara itu.

[Gambas:Video ]

(sef/sef)