Buku cerita anak biasanya mengajarkan tentang emosi khususnya yang positif, seperti kebahagiaan dan kasih sayang. Tapi, ada juga cerita yang biasa dibacakan untuk anak, namun mengandung ‘pesan’ yang menyedihkan.
Psikolog Amerika, Bruno Bettelheim berpendapat bahwa dongeng, mitos, legenda, dan dongeng klasik berhubungan dengan emosi manusia yang penting dan ide-ide abadi seperti pertarungan antara yang baik dan yang jahat.
Baca Juga : Biar Makin Kompak, Intip 5 Ide Seru Orang Tua & Anak Selama Pandemi
|
“Anak-anak harus dikelilingi oleh cerita dan legenda yang mengajarkan mereka pelajaran moral serta menyenangkan dan menghibur,” ujarnya dilansir The Australian.
Sementara Mem Fox, penulis yang juga profesor literacy studies di Flinders University, di Australia, mengatakan saat Bunda mencari buku bayi dan balita, yang perlu diingat adalah bayi dan balita ini menyukai buku nonfiksi sederhana, yang menggambarkan dan melabeli barang-barang yang dikenalnya di setiap halaman. Misalnya saja topi, jas, sepatu, umbrella.
“Dan buku-buku dasar tentang dinosaurus, gunung berapi, panas dan cahaya, ular, Mesir kuno, cuaca, dan lain-lain sangat cocok untuk anak kecil yang menunjukkan ketertarikan bahkan pada mata pelajaran seperti itu,” kata Fox dalam buku Reading Magic.
Menurutnya, balita juga menyukai buku gambar yang sangat sederhana dan bergambar jelas. Anak balita senang membaca buku lift the flap alias buku berjendela, serta buku dengan ilustrasi lucu dan mendetail yang dapat balita teliti tanpa lelah.
Sayangnya, kata Fox, terlalu banyak rumah yang tak memiliki buku di dalamnya. Mungkin saja di rumahnya memiliki televisi dan semua mainan anak-anak, tetapi di rumah anak-anak ini tidak memiliki buku, jadi anak-anak tidak pernah belajar untuk suka membaca. Padahal, bagaimana buku bisa menjadi menarik kalau tidak ada satupun buku yang tergeletak untuk dibaca?
|
“Tanpa buku, di mana anak-anak akan melihat cetakan yang perlu mereka lihat? Kapan mereka akan mendengar bahasa yang perlu mereka dengar? Dan bagaimana mereka akan memperluas pemahaman mereka tentang dunia dengan cara yang perlu diperluas?” tanya Fox.
Ada banyak faktor yang menentukan apakah seorang anak akan menyukai buku tertentu. Pilihan anak-anak ini tergantung pada minat mereka saat ini, tahap perkembangannya, keadaan pikirannya, waktu dalam hari-harinya, seberapa lelah mereka, antusiasme dari orang dewasa membaca buku, dan sebagainya.
Menurut Fox, sebuah buku itu bisa membuat anak-anak tertawa, menangis, menjerit, menggigil, atau menggeliat dan bergoyang-goyang. Buku itu tinggal di dalam hati mereka dan tetap di sana.
“Ketika kita menengok ke belakang dan mengingat buku-buku yang tertinggal dalam kehidupan kita sendiri, kemungkinan besar sesuatu yang mendasar di dalamnya sangat menyentuh kita,” ujarnya.
Lantas bagaimana jika membacakan cerita yang sedih? Seperti kita ketahui, sejumlah dongeng maupun cerita rakyat memiliki akhir yang sedih. Misalnya saja Malin Kundang maupun Danau Toba.
Fox mengatakan secara umum buku apa pun anak-anak suka, entah itu yang ceritanya bahagia atau yang penuh masalah. Namun, saat anak-anak mendengarkan dongeng atau cerita yang sering kali mengerikan, anak-anak menjadi diam, terpesona, bingung, terkejut, terperanjat, dan bahkan mungkin menangis.
Tetapi jika anak-anak merasa aman bersama Bunda yang membacakan ceritanya, anak-anak semakin sering ingin menghidupkan kembali cerita tersebut.
Membaca buku secara berulang merupakan faktor penting dalam perkembangan literasi, itu adalah bonus besar ketika anak-anak menuntut cerita yang sama berulang kali. Anak akan meminta mengulang membacanya apabila menyukai karakternya, berempati dengan karakternya, atau melihat diri mereka sendiri dalam karakter tersebut.
Baca Juga : Viral Cara Guru Mengajar: Unik & Niat Banget, Bun!
|
Mengalami peningkatan emosi melalui sastra dipandang oleh beberapa orang tua dan pendidik sebagai hal yang buruk, tapi psikolog anak tidak setuju.
“Inti dari buku adalah untuk memungkinkan kita mengalami realitas bermasalah yang berbeda dari kita sendiri, untuk merasakan emosi yang sesuai, untuk meniru, membuat penilaian, dan untuk mempertahankan minat kita. Jika kita membersihkan semua yang dibaca anak-anak, betapa lebih mengejutkan dan membingungkannya dunia nyata ketika mereka akhirnya harus menghadapinya?” ujarnya.
Lanjutkan membaca halaman selanjutnya!
Ingin menumbuhkan niat membaca anak, Bun? Simak kiat-kiatnya dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]