Berita Indonesia Terbaru Hari Ini

Terapi Okupasi untuk Anak, Bisa Melatih Si Kecil untuk Mandiri Bunda

Terapi anak

Jakarta

Anak berkebutuhan khusus sejatinya dapat dilatih untuk menjadi mandiri, Bunda. Salah satunya dengan melakukan terapi okupasi.

Si Kecil dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan meningkatkan kemampuan motoriknya melalui terapi ini. Dikutip dari Kidshealth, terapi okupasi merupakan cabang parawatan kesehatan untuk membantu orang dari segala usia yang memiliki masalah fisik, sensorik, dan kognitif.

Baca Juga : Berdamai Dampingi Anak Berkebutuhan Khusus, Menerima & Menanggapi Lingkungan Sekitar

Terapi okupasi dapat membantu mengatasi masalah yang memengaruhi kebutuhan emosional, sosial, fisik seseorang, Bunda. Pada anak, terapi bisa membantu meningkatkan prestasi hingga aktivitas sehari-hari.




“Terapi okupasi membantu anak bermain, meningkatkan prestasi sekolah, dan aktivitas sehari-hari. Selain itu, terapi ini dapat meningkatkan kepercayaan diri,” kata Timothy Finlan, MSM, MHS, OTR/L, Direktur Terapi & Rehabilitasi di Nemours Children’s Hospital.

Manfaat terapi okupasi

Terapi okupasi pada anak bisa dilakukan untuk membantu mengatasi masalah keterampilan motorik, Bunda. Berikut beberapa 5 hal yang bisa didapat anak dari terapi okupasi:

1. Mengembangkan keterampilan motorik halus agar mereka dapat memegang dan melepaskan mainan, serta mengembangkan keterampilan menulis dengan tangan dan atau menggunakan komputer.

2. Meningkatkan koordinasi mata dan tangan, sehingga mereka dapat bermain dan melakukan keterampilan sekolah yang dibutuhkan. Contohnya, memukul bola dan menyalin tulisan dari papan tulis.

3. Menguasai keterampilan dasar untuk hidup, seperti mandi, berpakaian, menggosok gigi, dan makan sendiri.

4. Mempelajari perilaku positif dan keterampilan sosial dengan mempraktikkan cara mengelola diri dan amarah.

5. Membangun kemandirian terutama pada anak berkebutuhan khusus, seperti anak yang menggunakan kursi roda atau alat komunikasi.

Kondisi yang memerlukan terapi okupasi

Terapi okupasi dapat membantu anak-anak dengan kondisi berikut:

– Cedera lahir atau cacat lahir

– Cedera traumatis (otak atau sumsum tulang belakang)

– Gangguan pada proses belajar

– Gangguan sensorik

– Masalah kesehatan mental atau perilaku

– Patah tulang atau cedera ortopedi lain

– Terlambat tumbuh kembang

– Memiliki riwayat spina bifida dan amputasi traumatis

– Kondisi pasca operasi, luka bakar, cedera tangan yang parah

– Multiple sclerosis, cerebral palsy, dan penyakit kronis lain.

Ilustrasi terapi okupasi anak/ Foto: iStock
Baca Juga : Aturan Pemberian Oralit untuk Si Kecil yang Diare, Sesuaikan Usia Bun

Penerapan terapi okupasi pada anak

Terapi okupasi terdiri dari latihan dan aktivitas untuk membangun keterampilan khusus. Misalnya, pada anak yang kesulitan menulis atau sulit fokus saat mengerjakan tugas.

Melansir dari Understood, semakin cepat anak ditangani dengan terapi okupasi, hasil yang didapatkan akan semakin efektif. Jika anak memiliki kemampuan untuk melakukan tugas-tugas dasar, maka rasa percaya dirinya akan meningkat, Bunda.

Salah satu latihan untuk keterampilan motorik halus yakni melatih anak mengambil barang dengan penjepit. Cara ini dilakukan untuk melatih tangan yang dominan dalam memotong benda dengan gunting. Sementara itu, untuk motorik kasar anak-anak akan melakukan jumping jack, menangkap bola dengan ukuran berbeda, atau melalui rintangan.

Tak cuma motorik, terapi okupasi juga bisa membantu anak-anak yang mengalami masalah sensorik. Ketika si Kecil berusaha memproses informasi sensorik, mereka mungkin akan bereaksi berlebihan atau justru kurang terhadap apa yang didengar, dilihat, dirasakan, disentuh, atau dicium. Kondisi ini bisa bikin mereka minder atau malah hiperaktif, Bunda.

Dalam kasus tersebut, terapi okupasi akan menerapkan rangkaian aktivitas fisik yang disesuaikan dengan kebutuhan sensorik anak. Terapi ini juga dapat membantu mereka menghindari sensorik tertentu.

Terapis biasanya akan memulai program terapi dengan mengevaluasi tingkat kemampuan anak. Evaluasi ini untuk melihat beberapa bidang, termasuk bagaimana kemampuan anak saat belajar, bermain, merawat diri, dan berinteraksi dengan lingkungan.

Berdasarkan evaluasi, akan dibuat target dan strategi yang memungkinkan anak untuk mengerjakan keterampilan utama. Contohnya meliputi kemandirian, melakukan aktivitas harian, dan keterampilan motorik.

Hal lain yang juga diamati adalah kemampuan anak menggunakan benda-benda di sekitarnya, seperti menulis di buku atau papan tulis, serta memberi respons terhadap lingkungan sekitar. Terapi okupasi biasanya dilakukan selama 30-60 menit per sesi, bergantung pada kebutuhan masing-masing anak.

Agar pemberian terapi bisa sesuai dengan kebutuhan anak, jangan lupa juga untuk konsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis rehabilitasi medis. Dokter akan mendampingi anak selama terapi, serta memberikan rekomendasi alat bantu dan aktivitas sesuai kebutuhan.

Kapan membawa anak ke terapi okupasi?

Beberapa anak mungkin mengalami masalah dalam keterampilan dan tumbuh kembangnya. Bunda perlu menyadari masalah ini untuk penanganan yang tepat, termasuk dengan terapi okupasi.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa tanda si Kecil mungkin perlu dibawa ke terapi okupasi:

1. Memiliki masalah keterampilan motorik halus dan kasar

Motorik halus berkaitan dengan otot-otot kecil, seperti di tangan dan pergelangan tangan. Anak-anak dengan masalah motorik halus akan mengalami kesulitan belajar, seperti sulit menulis, menggambar, atau menggunakan peralatan tulis.

Sementara itu, motorik kasar melibatkan otot-otot besar dan aktivitas berat. Beberapa masalah motorik kasar pada anak meliputi gangguan keseimbangan, koordinasi, kekuatan, dan aktivitas bermain, berjalan, serta melompat.

2. Tumbuh kembang tak sesuai usia

Kesulitan mencapai tonggak perkembangan sesuai usia bisa diatasi dengan terapi okupasi. Misalnya, pada anak 1 tahun yang belum bisa merangkak dan meraih barang dengan tangan, atau anak 2 tahun yang belum bisa jalan dengan lancar.

3. Memiliki masalah pemrosesan sensorik

Anak-anak dengan masalah ini memerlukan terapi okupasi, Bunda. Tanda-tandanya dapat diketahui saat anak kurang peka atau bereaksi berlebihan terhadap sentuhan, rasa, suara, dan, penciuman.

Layanan terapi okupasi anak

Terapi okupasi akan dilakukan profesional atau seorang terapis. Layanan terapi ini bisa ditemukan di klinik, rumah sakit, sekolah, atau pusat rehabilitasi, Bunda.

Meski begitu, terapi ini paling baik dilakukan di lingkungan asli anak. The Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) berharap anak bisa belajar dan beradaptasi lebih baik bila terapi dilakukan di tempat di biasa melakukan aktivitas alias di rumah.

“Terapi sebaiknya dilakukan di tempat di mana anak terbiasa beraktivitas dan mempraktikkan keterampilan tersebut,” tutur ahli terapi okupasi Debra Rhodes.

Baca Juga : 3 Tanda Paling Umum Anak Mengidap Autisme

(ank/som)